Budidaya Ternak Ikan Kakap Putih Ditambak
Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai sumber daya laut yang melimpah. Dengan panjang garis pantai 81.000 km, Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk pengembangan budidaya air payau dan laut. Upaya memanfaatkan sumberdaya perikanan secara optimal dan lestari merupakan tuntutan yang sangat mendesak bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, terutama untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan/petani ikan, memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan eksport untuk menghasilkan devisa negara.
Pemanfaatan perairan laut dan pantai serta sumberdayanya untuk kegiatan budidaya ikan telah lama dikembangkan dan terus ditingkatkan. Salah satu pemanfaatan perairan laut pantai yang menjanjikan prospek yang bagus adalah budidaya ikan kakap putih. Ikan kakap putih merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis penting dan potensial untuk dibudidayakan karena cepat pertumbuhannya dan toleran terhadap ruang terbatas dan perubahan lingkungan.
Kegiatan budidaya ikan kakap putih dapat dilakukan ditambak maupun dalam karamba jaring terapung di laut. Sampai saat ini usaha budidaya kakap putih di tambak sudah bukan merupakan teknologi baru. Keberhasilan usaha budidaya kakap putih ditambak sangat ditentukan oleh pemilihan lokasi, persiapan tambak, pemilihan benih kakap putih yang ditebar, ukuran dan padat penebaran benih, pakan dan pemberian pakan, pengenalan dan pengendalian penyakit serta panen dan pasca panen.
2.1. Pemilihan Lokasi
Salah satu kegiatan yang sangat mempengaruhi keberhasilan usaha pembesaran ikan kakap putih ditambak adalah pemilihan lokasi. Kesalahan dalam menentukan lokasi dapat berakibat fatal bagi usaha pembesaran kakap putih. Pemilihan lokasi tambak untuk budidaya ikan kakap putih harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Lokasi tambak harus bebas banjir, tetapi harus mudah untuk melakukan sirkulasi air petakan.
Lokasi harus terhindar dari pengaruh berbagai cemaran seperti logam berat, pestisida, minyak, sampah dan limbah industri.
Lokasi tambak sebaiknya mempunyai elevasi tertentu, sehingga memudahkan dalam pengelolaan air, terutama pemasukan dan pengeluaran. Sebaiknya lokasi tambak cukup mendapatkan air pada saat terjadi pasang harian dan dapat dikeringkan pada saat surut.
Kondisi tanah dapat menahan air sehingga tidak mudah longsor. Tanah yang paling cocok adalah tanah liat bercampur endapan dan sedikit pasir.
Mudah diperoleh sarana dan prasarana.
Lokasi tambak harus memenuhi persyaratan fisik dan kimia air seperti :
Salinitas 15 – 35 ppt
Suhu 25 – 32 o C
DO > 5 ppm
PH 5-8
Ammonia dan nitrit air < 0,1 ppm
2.2. Konstruksi Tambak
Setelah lokasi usaha yang memenuhi syarat didapatkan, maka kegiatan selanjutnya adalah pembuatan konstruksi tambak. Konstruksi tambak tempat pemeliharaan ikan kakap putih harus menyesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada. Kesalahan dalam pembuatan konstruksi bisa berakibat fatal nantinya. Secara keseluruhan konstruksi tambak yang cocok untuk budidaya ikan kakap putih adalah tidak berbeda jauh dengan konstruksi tambak untuk budidaya udang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan konstruksi petakan tambak untuk pembesaran ikan kakap putih diantaranya adalah :
Besar petakan sebaiknya tidak lebih dari 3000 meter. Besar petakan erat hubungannya dengan penyediaan benih, pemberian pakan dan pemanenan.
Pematang petakan tambak harus benar-benar kuat, karena lamanya masa pemeliharaan ikan kakap putih (6-8 bulan) bahkan bisa 12 bulan.
Kedalaman tambak minimal 1 meter (dianjurkan kedalaman tambak 1,5 meter)
Dasar petakan tambak bisa dibuat datar/miring seperti petakan udang atau bisa juga dibuatkan caren (memudahkan dalam pemanenan).
Pintu air masuk dan keluar bisa dibuat seperti petakan tambak udang pada umumnya.
2.3. Persiapan Tambak
Kegiatan persiapan petakan tambak yang perlu dilakukan sebelum penebaran benih kakap putih dilakukan adalah :
Pengeringan petakan, seperti umum dilakukan dalam budidaya udang.
Perlu dilakukan pengapuran dasar tambak untuk membuat pH tanah stabil (pH tanah usahakan 5-7).
Pemupukan tidak mutlak dilakukan, karena plankton tidak begitu pengaruh pada pertumbuhan kakap putih. Untuk tambak yang airnya sangat jernih, perlu dilakukan pemupukan untuk menumbuhkan plankton sampai kecerahan air bertahan pada kisaran + 40 cm.
Benih
Budidaya ikan kakap putih ditambak akan berhasil dengan baik dalam arti tumbuh cepat dan kelangsungan hidup tinggi bila pemilihan ukuran benih yang ditebar cukup dan kepadatan penebaran sesuai. Pemilihan jenis ikan kakap putih yang akan ditebarkan dalam petakan tambak sangat mempengaruhi keberhasilan usaha pembesaran yang dilakukan. Kesalahan dalam memilih benih ikan bisa mengakibatkan kerugian yang besar
Benih ikan kakap putih ukuran panjang 2,0 – 4,0 cm baik dari hasil tangkapan di alam maupun dari hasil pembenihan sebaiknya didederkan terlebih dahulu dalam bak beton, dalam petak glondongan atau waring nylon sampai mencapai ukuran glondongan (5,0 – 10,0 cm) untuk kemudian ditransfer ke petakan tambak pembesaran sampai mencapai ukuran konsumsi. Pendederan dalam bak beton dengan sirkulasi yang cukup (>200 % per hari) dapat dilakukan dengan kepadatan 5.000 – 10.000 individu/m2. Untuk mencapai ukuran glondongan (5 – 10,0 cm) diperlukan waktu sekitar 60 hari
Pendederan dengan waring nylon dapat dilakukan dengan menggunakan waring ukuran (1 x 1 x 1,5 m). Dari hasil pengamatan pendederan dengan waring nylon ini dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pendederan di bak beton. Kepadatan penebaran dalam waring adalah 10.000 – 20.000 individu per M 3 untuk ukuran benih yang sama (2,0 – 4,0 cm). Pendederan ini biasanya dilakukan di laut atau bisa juga dilakukan dalam petakan tambak yang cukup dalam (+ 1,5 meter). Yang harus diperhatikan, selama masa pendederan kegiatan grading (penggolongan ukuran) harus sering dilakukan. Hal ini disebabkan sifat ikan kakap putih yang sangat kanibal.
Pembesaran ikan kakap putih akan berhasil dengan baik dalam arti tumbuh cepat dan kelangsungan hidup tinggi bila ukuran tebar disesuaikan dengan padat tebarnya. Selain itu benih kakap putih yang ditebarkan harus benar-benar sehat. Kepadatan penebaran benih kakap putih ukuran 5,0 – 10,0 cm ditambak sebaiknya tidak lebih dari 5.000 ekor/m 2.
Benih yang ditebarkan harus benar-benar bermutu baik. Adapun ciri-ciri benih yang bermutu bagus adalah sebagai berikut :
Ukuran seragam
Tidak cacat fisik
Bebas penyakit
Tenang serta tidak membuat gerakan yang tidak beraturan atau gelisah, tetapi akan bergerak aktif bila ditangkap
Mempunyai respon yang baik
Warna sisik cerah
Sorot mata terang
Sisik, sirip lengkap
Bila diberi makan akan menyergap dengan cepat, namun bila tidak diberi makan posisi menyebar.
2.5. Pakan dan Pemberian Pakan
Pada awal pemeliharaan, ikan kakap putih biasanya tidak menyukai pakan mati yang diberikan, karena biasanya dialam pakannya berupa ikan-ikan kecil yang berada disekitarnya. Meskipun demikian bukan berarti ikan kakap putih tidak bisa dilatih untuk makan pakan mati. Biasanya dalam waktu + 2-3 minggu ikan kakap putih sudah mau untuk memakan pakan mati.
Pakan yang biasa diberikan dalam pembesaran ikan kakap putih adalah ikan rucah (trash fish) dalam bentuk segar, seperti ikan lemuru, selar dan tamban. Jenis ikan ini mengandung protein tinggi dan kadar lemaknya rendah. Komposisi kimia beberapa jenis ikan rucah dapat dilihat pada tabel 1. Pemberian ikan rucah dapat dilakukan dalam bentuk segar ataupun dalam bentuk silase (Murtidjo, 1997). Selain ikan rucah, ikan kakap putih juga dapat diberikan pakan buatan dalam bentuk pellet (saat ini baru ada produksi dari Comfeed).
Dosis pemberian pakan adalah sesuai dengan umur/ukuran ikan. Pada saat pendederan, pakan diberikan secara adlibitum (sampai kenyang dan tidak mau makan lagi). Tetapi pada periode pembesaran, pakan dapat diberikan cukup dengan dosis 3 – 5 % TBW. Pemberian pakan sebaiknya diusahakan selalu disatu tempat tertentu. Pemberian pakan cukup dilakukan dua kali sehari, pagi hari + jam 06.30 dan sore hari + 16.30. Pemberian pakan dapat dilakukan dengan memberikan sedikit demi sedikit sampai habis. FCR pakan ikan biasanya berkisar antara 1 : 5-6, sedangkan untuk pakan pellet menurut informasi FCR berkisar 1 : 2-3.
Tabel 1. Komposisi kimia beberapa jenis ikan rucah
Jenis Ikan Komposisi kimia ( % )
Nama Lokal Nama Latin Protein Abu Lemak Air
Bloso
Paferek
Tigawaja
Kerong-kerong
Kuniran
Kerisi
Selangat
Selar kuning
Julung-julung
Rejung
Mata besar
Bulu ayam
Kepala gepeng
Saurida sp.
Leiognathus sp.
Pseudosciaena
Therapon therap
Upeneus sp.
Nemipterus sp.
Dorosoma chacunda
Caranx leptolepsus
Tylosorus sp.
Silago sp.
Pricantus
Thryssa
Platycephalus
16,00
17,70
17,82
19,36
15,43
14,80
19,60
19,02
18,02
21,38
18,10
16,95
20,75
0,55
0,20
1,73
0,41
0,46
0,47
1,10
2,28
1,45
0,41
0,81
4,45
0,14
1,30
1,30
0,10
1,22
0,77
0,70
1,70
0,88
0,10
1,43
1,35
1,75
1,78
79,5
80,00
79,27
79,70
84,29
84,00
77,50
78,85
79,98
76,78
79,68
76,85
77,33
2.6. Pengelolaan Lingkungan Pemeliharaan
Selama masa pemeliharaan, media pemeliharaan ikan kakap putih perlu terus dipantau kondisi lingkungannya agar tetap sesuai dengan kebutuhan hidup ikan. Dari hasil uji coba yang dilakukan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan media pemeliharaan, yaitu :
Sirkulasi air. Selama masa pemeliharaan sebaiknya terus dilakukan sirkulasi air untuk menjaga agar air dalam petakan tambak selalu dalam kondisi segar. Sirkulasi air sebaiknya dilakukan setiap hari minimal 10 % dari total volume tambak.
Kecerahan air usahakan bertahan + 30 – 40 cm. Bila air dalam tambak terlalu bening (>50 cm) ikan kakap putih kurang mau makan, begitu juga bila terlalu keruh (<20 cm).
2.7. Pengendalian Penyakit
Pengenalan dan pengendalian berbagai jenis penyakit dan parasit akan membantu menunjang kelangsungan hidup dan peningkatan produksi. Pengenalan kualitas lingkungan secara cermat dapat membantu dalam pendugaan serangan penyakit secara dini. Padat penebaran yang tinggi, mutu pakan yang rendah dan mutu benih rendah merupakan beberapa hal sebagai penyebab timbulnya serangan penyakit terhadap kakap putih.
Timbulnya suatu penyakit menandakan sistem biologis terganggu, disatu sisi ikan menjadi lemah dan disisi lain berkembangnya organisme patogen lebih cepat. Penyakit yang banyak menyerang ikan kakap putih yang dibudidayakan dalam adalah disebabkan oleh parasit krustacea, trematoda, protozoa dan bakteri.
Parasit Crustacea
Ada dua jenis parasit yang sering menyerang ikan kakap putih yaitu jenis Nerocila sp. dan Argulus sp. Nerocila terutama menyerang ikan lewat insang dan mulut ikan sebelah dalam, sedangkan argulus menyerang ikan pada insang dan sekujur tubuhnya. Ikan yang terserang nerocila akan mengalami kerusakan pada insang hingga berwarna coklat dan menurunkan nafsu makan, sedangkan ikan yang terserang argulus akan gelisah gerakannya, turun nafsu makannya dan bila telah parah bisa menyebabkan luka ditubuh ikan (Chong and Chao, 1986). Upaya pengendalian yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan formalin sampai 100 ppm selama + 30 menit atau dengan merendam ikan dalam air tawar selama 5 – 15 menit. Pencegahan yang bisa diupayakan adalah dengan sanitasi lingkungan tambak yang baik.
Parasit Cacing (Trematoda)
Jenis cacing yang sering menyerang ikan kakap putih adalah Diplectenum sp. Cacing ini terutama menyerang ikan pada bagian insang serta organ dalam seperti usus dan gonade (Chong and Chao, 1986). Gejala yang tampak pada ikan kakap putih yang terserang penyakit ini adalah penurunan nafsu makan, warna tubuh pucat serta produksi lendir meningkat. Ikan cenderung menggosok-gosokkan tubuhnya kedinding tambak dan berenang dipermukaan air, megap-megap dengan tutup insang membuka.
Upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan :
Merendam ikan dalam larutan formalin hingga 100 ppm selama 30 menit dan diulangi selama 3 hari berturut-turut.
Merendam ikan dalam larutan formalin 25 ppm + malachite green 0,15 ppm selama 2 jam
Merendam ikan dalam air tawar
Penyakit akibat protozoa
Chong and Chao (1986) menyebutkan bahwa ada dua jenis penyakit ikan kakap putih akibat serangan protozoa, yaitu Cryptocaryoniasis dan Brooklynelliasis. Cryptocaryo-niasis disebabkan oleh Cryptocaryon irritans, sedangkan rooklynelliasis disebabkan oleh Brooklynela sp. Gejala yang ditunjukkan oleh adanya serangan kedua jenis penyekit ini adalah kelesuan pada ikan, mata buram, sisik mudah lepas, perdarahan pada kulit (haemoraghe), peningkatan produksi lendir dan pembusukan sirip (Ahmad et al., 1991)
Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan :
Merendam ikan dalam larutan formalin hingga 100 ppm selama 30 menit dan diulangi selama 3 hari berturut-turut.
Merendam ikan dalam larutan malachite green 0,5 ppm selama 30 menit
Merendam ikan dalam larutan formalin 25 ppm + malachite green 0,15 ppm selama 2 jam
Bila gejalanya ringan bisa dengan merendam ikan dalam air tawar 10 – 15 menit.
Penyakit akibat bakteri Myxobacter, Pseudomonas sp. dan Cocci gram
Positif
Serangan bakteri ini biasanya merupakan penyakit sekunder sebagai akibat serangan parasit, dalam arti penyakit ini timbul setelah didahului serangan parasit. Akibat yang ditimbulkan oleh serangan bakteri ini terutama adalah kerusakan pada sirip, sehingga penyakit karena serangan bakteri ini disebut juga dengan bacterial fin rot diseasis (Chong and Chao, 1986). Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan :
Merendam ikan dalam larutan Nitrofurazone 15 ppm selama 4 jam
Merendam ikan dalam larutan Chloramphenicol 50 ppm selama 2 jam
Merendam ikan dalam larutan acriflavin 100 ppm selama 1 menit
3.8. Panen dan Pasca Panen
Ukuran panen dapat disesuaikan dengan permintaan pasar. Biasanya ukuran yang dikehendaki pasar (ukuran konsumsi/golden size) adalah 0,5 – 0,75 kg per ekor ikan. Lama pemeliharaan untuk mencapai ukuran konsumsi (500 – 750 gram) harus dipelihara selama 5 – 7 bulan. Selama masa pemeliharaan, sebaiknya dilakukan seleksi ukuran sejak bulan kedua untuk mengurangi variasi ukuran ikan atau untuk membuat ukuran panen yang relatif sama.
Pemanenan ikan kakap putih biasanya dilakukan secara panen seleksi. Selama masa budidaya, biasanya kecepatan pertumbuhan ikan kakap putih tidak seragam. Pada panen pertama biasanya akan didapatkan ikan dengan ukuran konsumsi sebanyak + 70 % dari total ikan. Sisanya yang belum mencapai ukuran konsumsi, ditebarkan lagi dalam petakan lainnya untuk dipelihara kembali.
Pemanenan dapat dilakukan dengan menggunakan jaring khusus (jaring yang dibentuk seperti jaring trawl) atau digiring (“dikrikit”) untuk dikumpulkan dalam tempat tertentu untuk selanjutnya dilakukan seleksi.Pemanenan harus dilakukan secara ekstra hati-hati agar tidak banyak terjadi kerusakan. Penanganan hasil panenan juga harus ekstra hati-hati.
Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai sumber daya laut yang melimpah. Dengan panjang garis pantai 81.000 km, Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk pengembangan budidaya air payau dan laut. Upaya memanfaatkan sumberdaya perikanan secara optimal dan lestari merupakan tuntutan yang sangat mendesak bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, terutama untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan/petani ikan, memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan eksport untuk menghasilkan devisa negara.
Pemanfaatan perairan laut dan pantai serta sumberdayanya untuk kegiatan budidaya ikan telah lama dikembangkan dan terus ditingkatkan. Salah satu pemanfaatan perairan laut pantai yang menjanjikan prospek yang bagus adalah budidaya ikan kakap putih. Ikan kakap putih merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis penting dan potensial untuk dibudidayakan karena cepat pertumbuhannya dan toleran terhadap ruang terbatas dan perubahan lingkungan.
Kegiatan budidaya ikan kakap putih dapat dilakukan ditambak maupun dalam karamba jaring terapung di laut. Sampai saat ini usaha budidaya kakap putih di tambak sudah bukan merupakan teknologi baru. Keberhasilan usaha budidaya kakap putih ditambak sangat ditentukan oleh pemilihan lokasi, persiapan tambak, pemilihan benih kakap putih yang ditebar, ukuran dan padat penebaran benih, pakan dan pemberian pakan, pengenalan dan pengendalian penyakit serta panen dan pasca panen.
2.1. Pemilihan Lokasi
Salah satu kegiatan yang sangat mempengaruhi keberhasilan usaha pembesaran ikan kakap putih ditambak adalah pemilihan lokasi. Kesalahan dalam menentukan lokasi dapat berakibat fatal bagi usaha pembesaran kakap putih. Pemilihan lokasi tambak untuk budidaya ikan kakap putih harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Lokasi tambak harus bebas banjir, tetapi harus mudah untuk melakukan sirkulasi air petakan.
Lokasi harus terhindar dari pengaruh berbagai cemaran seperti logam berat, pestisida, minyak, sampah dan limbah industri.
Lokasi tambak sebaiknya mempunyai elevasi tertentu, sehingga memudahkan dalam pengelolaan air, terutama pemasukan dan pengeluaran. Sebaiknya lokasi tambak cukup mendapatkan air pada saat terjadi pasang harian dan dapat dikeringkan pada saat surut.
Kondisi tanah dapat menahan air sehingga tidak mudah longsor. Tanah yang paling cocok adalah tanah liat bercampur endapan dan sedikit pasir.
Mudah diperoleh sarana dan prasarana.
Lokasi tambak harus memenuhi persyaratan fisik dan kimia air seperti :
Salinitas 15 – 35 ppt
Suhu 25 – 32 o C
DO > 5 ppm
PH 5-8
Ammonia dan nitrit air < 0,1 ppm
2.2. Konstruksi Tambak
Setelah lokasi usaha yang memenuhi syarat didapatkan, maka kegiatan selanjutnya adalah pembuatan konstruksi tambak. Konstruksi tambak tempat pemeliharaan ikan kakap putih harus menyesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada. Kesalahan dalam pembuatan konstruksi bisa berakibat fatal nantinya. Secara keseluruhan konstruksi tambak yang cocok untuk budidaya ikan kakap putih adalah tidak berbeda jauh dengan konstruksi tambak untuk budidaya udang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan konstruksi petakan tambak untuk pembesaran ikan kakap putih diantaranya adalah :
Besar petakan sebaiknya tidak lebih dari 3000 meter. Besar petakan erat hubungannya dengan penyediaan benih, pemberian pakan dan pemanenan.
Pematang petakan tambak harus benar-benar kuat, karena lamanya masa pemeliharaan ikan kakap putih (6-8 bulan) bahkan bisa 12 bulan.
Kedalaman tambak minimal 1 meter (dianjurkan kedalaman tambak 1,5 meter)
Dasar petakan tambak bisa dibuat datar/miring seperti petakan udang atau bisa juga dibuatkan caren (memudahkan dalam pemanenan).
Pintu air masuk dan keluar bisa dibuat seperti petakan tambak udang pada umumnya.
2.3. Persiapan Tambak
Kegiatan persiapan petakan tambak yang perlu dilakukan sebelum penebaran benih kakap putih dilakukan adalah :
Pengeringan petakan, seperti umum dilakukan dalam budidaya udang.
Perlu dilakukan pengapuran dasar tambak untuk membuat pH tanah stabil (pH tanah usahakan 5-7).
Pemupukan tidak mutlak dilakukan, karena plankton tidak begitu pengaruh pada pertumbuhan kakap putih. Untuk tambak yang airnya sangat jernih, perlu dilakukan pemupukan untuk menumbuhkan plankton sampai kecerahan air bertahan pada kisaran + 40 cm.
Benih
Budidaya ikan kakap putih ditambak akan berhasil dengan baik dalam arti tumbuh cepat dan kelangsungan hidup tinggi bila pemilihan ukuran benih yang ditebar cukup dan kepadatan penebaran sesuai. Pemilihan jenis ikan kakap putih yang akan ditebarkan dalam petakan tambak sangat mempengaruhi keberhasilan usaha pembesaran yang dilakukan. Kesalahan dalam memilih benih ikan bisa mengakibatkan kerugian yang besar
Benih ikan kakap putih ukuran panjang 2,0 – 4,0 cm baik dari hasil tangkapan di alam maupun dari hasil pembenihan sebaiknya didederkan terlebih dahulu dalam bak beton, dalam petak glondongan atau waring nylon sampai mencapai ukuran glondongan (5,0 – 10,0 cm) untuk kemudian ditransfer ke petakan tambak pembesaran sampai mencapai ukuran konsumsi. Pendederan dalam bak beton dengan sirkulasi yang cukup (>200 % per hari) dapat dilakukan dengan kepadatan 5.000 – 10.000 individu/m2. Untuk mencapai ukuran glondongan (5 – 10,0 cm) diperlukan waktu sekitar 60 hari
Pendederan dengan waring nylon dapat dilakukan dengan menggunakan waring ukuran (1 x 1 x 1,5 m). Dari hasil pengamatan pendederan dengan waring nylon ini dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pendederan di bak beton. Kepadatan penebaran dalam waring adalah 10.000 – 20.000 individu per M 3 untuk ukuran benih yang sama (2,0 – 4,0 cm). Pendederan ini biasanya dilakukan di laut atau bisa juga dilakukan dalam petakan tambak yang cukup dalam (+ 1,5 meter). Yang harus diperhatikan, selama masa pendederan kegiatan grading (penggolongan ukuran) harus sering dilakukan. Hal ini disebabkan sifat ikan kakap putih yang sangat kanibal.
Pembesaran ikan kakap putih akan berhasil dengan baik dalam arti tumbuh cepat dan kelangsungan hidup tinggi bila ukuran tebar disesuaikan dengan padat tebarnya. Selain itu benih kakap putih yang ditebarkan harus benar-benar sehat. Kepadatan penebaran benih kakap putih ukuran 5,0 – 10,0 cm ditambak sebaiknya tidak lebih dari 5.000 ekor/m 2.
Benih yang ditebarkan harus benar-benar bermutu baik. Adapun ciri-ciri benih yang bermutu bagus adalah sebagai berikut :
Ukuran seragam
Tidak cacat fisik
Bebas penyakit
Tenang serta tidak membuat gerakan yang tidak beraturan atau gelisah, tetapi akan bergerak aktif bila ditangkap
Mempunyai respon yang baik
Warna sisik cerah
Sorot mata terang
Sisik, sirip lengkap
Bila diberi makan akan menyergap dengan cepat, namun bila tidak diberi makan posisi menyebar.
2.5. Pakan dan Pemberian Pakan
Pada awal pemeliharaan, ikan kakap putih biasanya tidak menyukai pakan mati yang diberikan, karena biasanya dialam pakannya berupa ikan-ikan kecil yang berada disekitarnya. Meskipun demikian bukan berarti ikan kakap putih tidak bisa dilatih untuk makan pakan mati. Biasanya dalam waktu + 2-3 minggu ikan kakap putih sudah mau untuk memakan pakan mati.
Pakan yang biasa diberikan dalam pembesaran ikan kakap putih adalah ikan rucah (trash fish) dalam bentuk segar, seperti ikan lemuru, selar dan tamban. Jenis ikan ini mengandung protein tinggi dan kadar lemaknya rendah. Komposisi kimia beberapa jenis ikan rucah dapat dilihat pada tabel 1. Pemberian ikan rucah dapat dilakukan dalam bentuk segar ataupun dalam bentuk silase (Murtidjo, 1997). Selain ikan rucah, ikan kakap putih juga dapat diberikan pakan buatan dalam bentuk pellet (saat ini baru ada produksi dari Comfeed).
Dosis pemberian pakan adalah sesuai dengan umur/ukuran ikan. Pada saat pendederan, pakan diberikan secara adlibitum (sampai kenyang dan tidak mau makan lagi). Tetapi pada periode pembesaran, pakan dapat diberikan cukup dengan dosis 3 – 5 % TBW. Pemberian pakan sebaiknya diusahakan selalu disatu tempat tertentu. Pemberian pakan cukup dilakukan dua kali sehari, pagi hari + jam 06.30 dan sore hari + 16.30. Pemberian pakan dapat dilakukan dengan memberikan sedikit demi sedikit sampai habis. FCR pakan ikan biasanya berkisar antara 1 : 5-6, sedangkan untuk pakan pellet menurut informasi FCR berkisar 1 : 2-3.
Tabel 1. Komposisi kimia beberapa jenis ikan rucah
Jenis Ikan Komposisi kimia ( % )
Nama Lokal Nama Latin Protein Abu Lemak Air
Bloso
Paferek
Tigawaja
Kerong-kerong
Kuniran
Kerisi
Selangat
Selar kuning
Julung-julung
Rejung
Mata besar
Bulu ayam
Kepala gepeng
Saurida sp.
Leiognathus sp.
Pseudosciaena
Therapon therap
Upeneus sp.
Nemipterus sp.
Dorosoma chacunda
Caranx leptolepsus
Tylosorus sp.
Silago sp.
Pricantus
Thryssa
Platycephalus
16,00
17,70
17,82
19,36
15,43
14,80
19,60
19,02
18,02
21,38
18,10
16,95
20,75
0,55
0,20
1,73
0,41
0,46
0,47
1,10
2,28
1,45
0,41
0,81
4,45
0,14
1,30
1,30
0,10
1,22
0,77
0,70
1,70
0,88
0,10
1,43
1,35
1,75
1,78
79,5
80,00
79,27
79,70
84,29
84,00
77,50
78,85
79,98
76,78
79,68
76,85
77,33
2.6. Pengelolaan Lingkungan Pemeliharaan
Selama masa pemeliharaan, media pemeliharaan ikan kakap putih perlu terus dipantau kondisi lingkungannya agar tetap sesuai dengan kebutuhan hidup ikan. Dari hasil uji coba yang dilakukan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan media pemeliharaan, yaitu :
Sirkulasi air. Selama masa pemeliharaan sebaiknya terus dilakukan sirkulasi air untuk menjaga agar air dalam petakan tambak selalu dalam kondisi segar. Sirkulasi air sebaiknya dilakukan setiap hari minimal 10 % dari total volume tambak.
Kecerahan air usahakan bertahan + 30 – 40 cm. Bila air dalam tambak terlalu bening (>50 cm) ikan kakap putih kurang mau makan, begitu juga bila terlalu keruh (<20 cm).
2.7. Pengendalian Penyakit
Pengenalan dan pengendalian berbagai jenis penyakit dan parasit akan membantu menunjang kelangsungan hidup dan peningkatan produksi. Pengenalan kualitas lingkungan secara cermat dapat membantu dalam pendugaan serangan penyakit secara dini. Padat penebaran yang tinggi, mutu pakan yang rendah dan mutu benih rendah merupakan beberapa hal sebagai penyebab timbulnya serangan penyakit terhadap kakap putih.
Timbulnya suatu penyakit menandakan sistem biologis terganggu, disatu sisi ikan menjadi lemah dan disisi lain berkembangnya organisme patogen lebih cepat. Penyakit yang banyak menyerang ikan kakap putih yang dibudidayakan dalam adalah disebabkan oleh parasit krustacea, trematoda, protozoa dan bakteri.
Parasit Crustacea
Ada dua jenis parasit yang sering menyerang ikan kakap putih yaitu jenis Nerocila sp. dan Argulus sp. Nerocila terutama menyerang ikan lewat insang dan mulut ikan sebelah dalam, sedangkan argulus menyerang ikan pada insang dan sekujur tubuhnya. Ikan yang terserang nerocila akan mengalami kerusakan pada insang hingga berwarna coklat dan menurunkan nafsu makan, sedangkan ikan yang terserang argulus akan gelisah gerakannya, turun nafsu makannya dan bila telah parah bisa menyebabkan luka ditubuh ikan (Chong and Chao, 1986). Upaya pengendalian yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan formalin sampai 100 ppm selama + 30 menit atau dengan merendam ikan dalam air tawar selama 5 – 15 menit. Pencegahan yang bisa diupayakan adalah dengan sanitasi lingkungan tambak yang baik.
Parasit Cacing (Trematoda)
Jenis cacing yang sering menyerang ikan kakap putih adalah Diplectenum sp. Cacing ini terutama menyerang ikan pada bagian insang serta organ dalam seperti usus dan gonade (Chong and Chao, 1986). Gejala yang tampak pada ikan kakap putih yang terserang penyakit ini adalah penurunan nafsu makan, warna tubuh pucat serta produksi lendir meningkat. Ikan cenderung menggosok-gosokkan tubuhnya kedinding tambak dan berenang dipermukaan air, megap-megap dengan tutup insang membuka.
Upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan :
Merendam ikan dalam larutan formalin hingga 100 ppm selama 30 menit dan diulangi selama 3 hari berturut-turut.
Merendam ikan dalam larutan formalin 25 ppm + malachite green 0,15 ppm selama 2 jam
Merendam ikan dalam air tawar
Penyakit akibat protozoa
Chong and Chao (1986) menyebutkan bahwa ada dua jenis penyakit ikan kakap putih akibat serangan protozoa, yaitu Cryptocaryoniasis dan Brooklynelliasis. Cryptocaryo-niasis disebabkan oleh Cryptocaryon irritans, sedangkan rooklynelliasis disebabkan oleh Brooklynela sp. Gejala yang ditunjukkan oleh adanya serangan kedua jenis penyekit ini adalah kelesuan pada ikan, mata buram, sisik mudah lepas, perdarahan pada kulit (haemoraghe), peningkatan produksi lendir dan pembusukan sirip (Ahmad et al., 1991)
Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan :
Merendam ikan dalam larutan formalin hingga 100 ppm selama 30 menit dan diulangi selama 3 hari berturut-turut.
Merendam ikan dalam larutan malachite green 0,5 ppm selama 30 menit
Merendam ikan dalam larutan formalin 25 ppm + malachite green 0,15 ppm selama 2 jam
Bila gejalanya ringan bisa dengan merendam ikan dalam air tawar 10 – 15 menit.
Penyakit akibat bakteri Myxobacter, Pseudomonas sp. dan Cocci gram
Positif
Serangan bakteri ini biasanya merupakan penyakit sekunder sebagai akibat serangan parasit, dalam arti penyakit ini timbul setelah didahului serangan parasit. Akibat yang ditimbulkan oleh serangan bakteri ini terutama adalah kerusakan pada sirip, sehingga penyakit karena serangan bakteri ini disebut juga dengan bacterial fin rot diseasis (Chong and Chao, 1986). Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan :
Merendam ikan dalam larutan Nitrofurazone 15 ppm selama 4 jam
Merendam ikan dalam larutan Chloramphenicol 50 ppm selama 2 jam
Merendam ikan dalam larutan acriflavin 100 ppm selama 1 menit
3.8. Panen dan Pasca Panen
Ukuran panen dapat disesuaikan dengan permintaan pasar. Biasanya ukuran yang dikehendaki pasar (ukuran konsumsi/golden size) adalah 0,5 – 0,75 kg per ekor ikan. Lama pemeliharaan untuk mencapai ukuran konsumsi (500 – 750 gram) harus dipelihara selama 5 – 7 bulan. Selama masa pemeliharaan, sebaiknya dilakukan seleksi ukuran sejak bulan kedua untuk mengurangi variasi ukuran ikan atau untuk membuat ukuran panen yang relatif sama.
Pemanenan ikan kakap putih biasanya dilakukan secara panen seleksi. Selama masa budidaya, biasanya kecepatan pertumbuhan ikan kakap putih tidak seragam. Pada panen pertama biasanya akan didapatkan ikan dengan ukuran konsumsi sebanyak + 70 % dari total ikan. Sisanya yang belum mencapai ukuran konsumsi, ditebarkan lagi dalam petakan lainnya untuk dipelihara kembali.
Pemanenan dapat dilakukan dengan menggunakan jaring khusus (jaring yang dibentuk seperti jaring trawl) atau digiring (“dikrikit”) untuk dikumpulkan dalam tempat tertentu untuk selanjutnya dilakukan seleksi.Pemanenan harus dilakukan secara ekstra hati-hati agar tidak banyak terjadi kerusakan. Penanganan hasil panenan juga harus ekstra hati-hati.