Gairah Malam Yang Penuh Desah dan Mimpi
Malam memang sungguh menakjubkan sekali. Malam seolah selalu menularkan gairahnya dan mengajak semua bersemangat untuk bercinta penuh cinta. Tak heran bila gairah malam membuat semesta ini penuh sesak dengan desah dan mimpi baik itu nyata maupun hanya semu dan maya. Indahnya malam!
Malam ini, bulan tidak memunculkan wajahnya yang cantik. Bintang-bintang pun sepertinya sedang bersembunyi di balik tebaran awan yang sangat tebal. Sesekali air turun menetes dengan lembut ditemani angin yang bertiup dengan sangat kencang.
Menyaksikan rumah-rumah yang tampak sepanjang mata memandang, membuat saya betah berlama-lama duduk sendirian di ketinggian. Di dalam kegelapan dan ditemani secangkir kopi, kertas, dan pena sudah cukup membuat saya kerasan. Pikiran saya melayang-layang dan membayangkan apa yang sedang dilakukan di dalam rumah-rumah itu?
Mungkinkah ada pasangan yang sedang bercinta dengan penuh cinta? Mendesah bersama dan menyatukan seluruh hati, jiwa, dan raga untuk menjadi satu? Ah! Membayangkannya saja sudah luar biasa! Bercinta dengan penuh cinta selalu membuahkan kebahagiaan dan keindahan.
“Sayang!”
“Cinta!”
“I love you!”
“Selalu cinta.”
Selanjutnya, tidak perlu ada kata-kata yang terurai karena hati sudah bisa saling mendengar isi hati masing-masing. Tatapan mata, raut wajah, dan gerak-gerik tubuh sudah cukup bicara jauh lebih banyak dari yang bisa diuraikan. Aduh indahnya!
Entah kenapa tiba-tiba saja saya beralih pikiran, dan membayangkan apa yang diceritakan oleh seorang sahabat tadi sore. Dia seorang duda dengan tiga orang anak yang memang sangat baik hati dan penuh dengan cinta. Dia bercerita bahwa sekarang ini sedang kebingungan karena terus dikejar-kejar oleh perempuan-perempuan yang mengajak dan “mengundangnya” bercinta, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Bahkan tak sedikit dari perempuan-perempuan itu yang mengirimkan foto tanpa busana atau potongan bagian tubuh mereka kepadanya. Padahal, semua perempuan itu adalah perempuan “baik-baik”, cantik, pintar, mandiri, sudah bersuami dan memiliki anak. Malah salah satu dari mereka anaknya sekelas dengan anak sahabat saya ini.
Aaaaahhh!!! Kali ini saya yang mendesah lagi dalam dan panjang. Modus yang sama dan cerita yang sama sudah terlalu sering saya mendengarnya. Bagi saya masalahnya sudah jelas dan bukan sesuatu yang aneh karena sudah saya duga sejak lama akan terjadi ledakan yang seperti ini. Apalagi bila harus terus melanjutkan kisah yang akan terjadi selanjutnya. Sudah bisa ditebak dan sangat klise. Alasannya pun semua sama, tidak ada yang berbeda. Penampilan sungguh menipu dan kejujuran itu memang sungguh sangat mahal sekali.
Di lain sisi, saya pun sering menerima ajakan yang “tidak pantas” dan sangat melecehkan ditujukan kepada saya. Saya sampai sering harus marah karena sungguh sebuah perbuatan yang tidak baik, bukan hanya kepada saya saja, tetapi untuk dirinya sendiri. Lain ceritanya bila memang saya merasakan hal yang sama dan mau melakukannya, saya tidak akan pernah menganggap itu tidak pantas ataupun melecehkan. Sama-sama mau, sama-sama harus tahu juga konsekuensi dan resikonya.
Lagipula. Memang sedemikian mudahnya, ya, mengajak orang untuk bercinta?! Sangat tidak mudah! Jika bernafsu, sangat mudah sekali apalagi bagi yang haus dan memburunya dengan alasan apapun juga. Susah, ya, membedakan mana nafsu mana cinta?! Katanya pintar, memiliki hati, tidak sombong, dan taat serta tunduk pada-Nya, tapi kenapa tidak bisa membedakannya?! Miris banget!!!
Malam memang sangat membuai pikiran untuk bisa menjadi apa dan siapa dan sangat sulit untuk bisa menghindari ataupun melepaskannya. Melenakan dan memanjakan pikiran sehingga kita seringkali melupakan hati nurani dan cinta itu sendiri. Semakin dingin dan semakin syahdu, semakin kuat juga dorongan untuk menenggelamkan manusia ke dalam pikiran yang sesuai dengan keinginan masing-masing. Hingga yakin dengan apa yang sebenarnya hanya ada di dalam pikirannya sendiri dan bukan yang sebenarnya.
Saya pun lalu teringat dengan seseorang yang pernah memberikan “malam” untuk saya. Menjadi sangat berarti sekali karena “malam” sebenarnya bukanlah gelap dan kegelapan. Malam itu sebenarnya adalah terang dalam gelap dan kegelapan. Malam adalah waktunya untuk merasakan betapa luar biasanya cinta yang sesungguhnya sehingga gelap dan kegelapan itu seharusnya tidak pernah ada bila kita mau merasakannya.
Malam dipenuhi dengan cinta dan karena itulah malam memberikan gairah tersendiri bagi kehidupan. Bayangkan bila tidak pernah ada malam, apa yang terjadi dengan kita?! Malam jugalah yang mengajarkan kita banyak sekali arti tentang kehidupan, di mana dalam malam banyak sekali juga yang menjadi waktu saat titik awal kehidupan itu terjadi. Ya, seks. Seks adalah titik awal kehidupan dan kehidupan itu sendiri.
Tanpa banyak yang menyadarinya juga bahwa banyak sekali anak yang sudah lahir dari buah malam penuh gairah, termasuk saya sendiri. Saya paling senang menulis di malam hari dan tulisan bagi saya adalah anak saya, buah cinta saya yang merupakan persetubuhan antara hati dan pikiran saya sendiri. Tidak heran bila banyak sekali orang-orang seperti saya yang baru bisa menghasilkan sesuatu saat malam hari, karena itulah malam.
Bila kita juga mau merasakannya, malam selalu penuh dengan rindu sehingga membuat kita selalu dipenuhi dengan mimpi. Kerinduan itu menyelimuti diri kita sehingga kita selalu ingin bercinta karena kita semua sebenarnya mencari kebahagiaan. Hanya saja, seringkali kita lupa bahwa kebahagiaan sejati itu hanya ada di dalam hati yang dipenuhi dengan cinta. Manusia tidak akan pernah bisa mendapatkan kebahagiaannya dan hanya akan selalu sementara dan semua bila tidak ada cinta di diri kita sendiri. Ini juga yang membuat manusia tidak pernah puas dan terus mencari untuk memenuhi hasratnya. Kedamaian itu pun menjadi tidak akan pernah dirasakan.
Kembali saya menatap langit, bulan ternyata sudah hampir tidur dan fajar akan segera membangunkan semua untuk bangun dan tegak berdiri. Malam akan selalu ada di dalam hati dan memberikan gairahnya kepada semua untuk mendesah dan bermimpi. Malam juga yang akan terus mendampingi kehidupan agar senantiasa selalu dipenuhi oleh cinta dan rindu.
Salam hangat penuh cinta selalu,
Malam ini, bulan tidak memunculkan wajahnya yang cantik. Bintang-bintang pun sepertinya sedang bersembunyi di balik tebaran awan yang sangat tebal. Sesekali air turun menetes dengan lembut ditemani angin yang bertiup dengan sangat kencang.
Menyaksikan rumah-rumah yang tampak sepanjang mata memandang, membuat saya betah berlama-lama duduk sendirian di ketinggian. Di dalam kegelapan dan ditemani secangkir kopi, kertas, dan pena sudah cukup membuat saya kerasan. Pikiran saya melayang-layang dan membayangkan apa yang sedang dilakukan di dalam rumah-rumah itu?
Mungkinkah ada pasangan yang sedang bercinta dengan penuh cinta? Mendesah bersama dan menyatukan seluruh hati, jiwa, dan raga untuk menjadi satu? Ah! Membayangkannya saja sudah luar biasa! Bercinta dengan penuh cinta selalu membuahkan kebahagiaan dan keindahan.
“Sayang!”
“Cinta!”
“I love you!”
“Selalu cinta.”
Selanjutnya, tidak perlu ada kata-kata yang terurai karena hati sudah bisa saling mendengar isi hati masing-masing. Tatapan mata, raut wajah, dan gerak-gerik tubuh sudah cukup bicara jauh lebih banyak dari yang bisa diuraikan. Aduh indahnya!
Entah kenapa tiba-tiba saja saya beralih pikiran, dan membayangkan apa yang diceritakan oleh seorang sahabat tadi sore. Dia seorang duda dengan tiga orang anak yang memang sangat baik hati dan penuh dengan cinta. Dia bercerita bahwa sekarang ini sedang kebingungan karena terus dikejar-kejar oleh perempuan-perempuan yang mengajak dan “mengundangnya” bercinta, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Bahkan tak sedikit dari perempuan-perempuan itu yang mengirimkan foto tanpa busana atau potongan bagian tubuh mereka kepadanya. Padahal, semua perempuan itu adalah perempuan “baik-baik”, cantik, pintar, mandiri, sudah bersuami dan memiliki anak. Malah salah satu dari mereka anaknya sekelas dengan anak sahabat saya ini.
Aaaaahhh!!! Kali ini saya yang mendesah lagi dalam dan panjang. Modus yang sama dan cerita yang sama sudah terlalu sering saya mendengarnya. Bagi saya masalahnya sudah jelas dan bukan sesuatu yang aneh karena sudah saya duga sejak lama akan terjadi ledakan yang seperti ini. Apalagi bila harus terus melanjutkan kisah yang akan terjadi selanjutnya. Sudah bisa ditebak dan sangat klise. Alasannya pun semua sama, tidak ada yang berbeda. Penampilan sungguh menipu dan kejujuran itu memang sungguh sangat mahal sekali.
Di lain sisi, saya pun sering menerima ajakan yang “tidak pantas” dan sangat melecehkan ditujukan kepada saya. Saya sampai sering harus marah karena sungguh sebuah perbuatan yang tidak baik, bukan hanya kepada saya saja, tetapi untuk dirinya sendiri. Lain ceritanya bila memang saya merasakan hal yang sama dan mau melakukannya, saya tidak akan pernah menganggap itu tidak pantas ataupun melecehkan. Sama-sama mau, sama-sama harus tahu juga konsekuensi dan resikonya.
Lagipula. Memang sedemikian mudahnya, ya, mengajak orang untuk bercinta?! Sangat tidak mudah! Jika bernafsu, sangat mudah sekali apalagi bagi yang haus dan memburunya dengan alasan apapun juga. Susah, ya, membedakan mana nafsu mana cinta?! Katanya pintar, memiliki hati, tidak sombong, dan taat serta tunduk pada-Nya, tapi kenapa tidak bisa membedakannya?! Miris banget!!!
Malam memang sangat membuai pikiran untuk bisa menjadi apa dan siapa dan sangat sulit untuk bisa menghindari ataupun melepaskannya. Melenakan dan memanjakan pikiran sehingga kita seringkali melupakan hati nurani dan cinta itu sendiri. Semakin dingin dan semakin syahdu, semakin kuat juga dorongan untuk menenggelamkan manusia ke dalam pikiran yang sesuai dengan keinginan masing-masing. Hingga yakin dengan apa yang sebenarnya hanya ada di dalam pikirannya sendiri dan bukan yang sebenarnya.
Saya pun lalu teringat dengan seseorang yang pernah memberikan “malam” untuk saya. Menjadi sangat berarti sekali karena “malam” sebenarnya bukanlah gelap dan kegelapan. Malam itu sebenarnya adalah terang dalam gelap dan kegelapan. Malam adalah waktunya untuk merasakan betapa luar biasanya cinta yang sesungguhnya sehingga gelap dan kegelapan itu seharusnya tidak pernah ada bila kita mau merasakannya.
Malam dipenuhi dengan cinta dan karena itulah malam memberikan gairah tersendiri bagi kehidupan. Bayangkan bila tidak pernah ada malam, apa yang terjadi dengan kita?! Malam jugalah yang mengajarkan kita banyak sekali arti tentang kehidupan, di mana dalam malam banyak sekali juga yang menjadi waktu saat titik awal kehidupan itu terjadi. Ya, seks. Seks adalah titik awal kehidupan dan kehidupan itu sendiri.
Tanpa banyak yang menyadarinya juga bahwa banyak sekali anak yang sudah lahir dari buah malam penuh gairah, termasuk saya sendiri. Saya paling senang menulis di malam hari dan tulisan bagi saya adalah anak saya, buah cinta saya yang merupakan persetubuhan antara hati dan pikiran saya sendiri. Tidak heran bila banyak sekali orang-orang seperti saya yang baru bisa menghasilkan sesuatu saat malam hari, karena itulah malam.
Bila kita juga mau merasakannya, malam selalu penuh dengan rindu sehingga membuat kita selalu dipenuhi dengan mimpi. Kerinduan itu menyelimuti diri kita sehingga kita selalu ingin bercinta karena kita semua sebenarnya mencari kebahagiaan. Hanya saja, seringkali kita lupa bahwa kebahagiaan sejati itu hanya ada di dalam hati yang dipenuhi dengan cinta. Manusia tidak akan pernah bisa mendapatkan kebahagiaannya dan hanya akan selalu sementara dan semua bila tidak ada cinta di diri kita sendiri. Ini juga yang membuat manusia tidak pernah puas dan terus mencari untuk memenuhi hasratnya. Kedamaian itu pun menjadi tidak akan pernah dirasakan.
Kembali saya menatap langit, bulan ternyata sudah hampir tidur dan fajar akan segera membangunkan semua untuk bangun dan tegak berdiri. Malam akan selalu ada di dalam hati dan memberikan gairahnya kepada semua untuk mendesah dan bermimpi. Malam juga yang akan terus mendampingi kehidupan agar senantiasa selalu dipenuhi oleh cinta dan rindu.
Salam hangat penuh cinta selalu,